Tuesday, September 04, 2007

Kesempatan yang menunggu



Seperti biasanya, pagi itu aku harus ngantor.
Seperti biasanya, aku harus berjalan kaki ke depan gang, menyebrang kemudian menunggu bis ke arah kantor.
Tak seperti biasanya, aku menyebrang –ceritanya brusaha mematuhi aturan- lewat jembatan penyebrangan.
Sementara aku berjalan di jembatan penyebarangan, baru tinggal 2/5 bagian lagih…..
Apes, bis idolaku –bis murah yg langsung lewat depan kantor- melenggang tepat di bawah jembatan penyebrangan.

Oh ya, saat itu, lalin padat merayap.
Langsung otak memberikan 2 pilihan.
Kejar, atau perlambat langkah –untuk menghabiskan 2/5 bagian jembatan penyebrangan- karna toh bis idolaku pasti udah lewat.
Tapi saat itu, aku memutuskan untuk mempercepat langkah, untuk kemungkinan bisa mengejar bis saat sampai di bawah jembatan, masih memungkinkan, pikirku sambil mengira-ngira kemungkinan.

yES!!
Si kernet melihatku dan memberi tanda bahwa aku masih bisa mengejar bis. Tak tawar lagi, aku lari….lari….dan hop….aku melompat ke bis.
Thank God.

Sambil mengatur napas, aku mendapati sebuah “makna”.
Ternyata, walaupun secara kasat mata, mungkin sebuah kesempatan tampaknya tak kan terengkuh oleh kita, namun, jika dalam jiwamu ada sesuatu yang kau rasakan tetap menggelegak bilang untuk TeRUSkan upayamu, TeTap SeMaNGaT, dan CoBa RaiHLaH….
Maka, mungkin saja…, sekali lagi aku bilang mungkin saja –sesungguhnya, aku kurang suka dengan kata mungkin, tapi kali ini pengecualian- kesempatan itu pun akan menunggumu.

Jika saja, saat itu aku memilih untuk memperlambat langkah, maka kemungkinan itu sama sekali tak kudapatkan.
Point pentingnya disini adalah, selama kemungkinan itu masih ada, selagi kita bisa, teruslah coba untuk meraihnya.
Kita gak kan tahu, apakah kita masih mendapatkan kemungkinan itu, kecuali kita mencobanya untuk membuktikan.

Do ur best…God’ll do the rest.


-afterlunch, di kapling baruku-