Friday, September 01, 2006

Dua Dunia - bagian 1



Hoaeemmmmmmm...
Oh, sudah pagi rupanya.
Time to bath.Segernya.....Pake baju apa ya hari ini?

Hm atasan merah dengan bawahan krem bagus juga pikirku.

Dandan!
Bedak dengan warna sedikit lebih gelap dari warna kulitku.Bubuhkan sedikit eye shadow, nuansa pink soft pas buat kostum merahku.
Maskara mana? Ok...bulu mata sudah lebih lentik sekarang.Tambahkan sedikit higlight di ujung alis, Cakep!.
Lipstik warna bibir ajah, biar natural.Rapikan rambut, kugulung ke arah dalam.Apalagi ya? Oh ya parfum. Sret ...sret.... sret... Beres.
Kupakai anting, jam tangan.Waks! udah jam segini..., time to go.

Kusambar tas kerjaku, kukunci kamar dan bergegas berangkat kerja.
...

Aku berdiri menanti jemputan. Nah itu dia, Kopaja..Akh, tak ada tempat duduk.Terpaksa berdiri..tapi lumayanlah, walo berdiri tapi tak sesesak biasanya.
Terkondisikan berdiri, aku lebih leluasa memandangi sekitarku, kegiatan orang-orang di jalanan..

Bis berjalan perlahan, bahkan macet memaksanya untuk sesekali berhenti.

Pandanganku kubuang ke arah sisi jalan sebelah kiri.Drama-drama kehidupan sisi ini biasanya lebih variatif dibandingkan sisi kanan, di kanan kau hanya akan disuguhi parade antrian kendaraan dalam berbagai warna dan tipe.Tak ada channel lain yang bisa kau pilih.

Sepanjang beberapa kilometer pertama ini, beberapa drama yg ditampilkan sudah sering kutonton. Orang-orang yg menunggu bis, beberapa yang lain sedang nongkrong menyantap sarapan paginya, menu STD : mie ayam, lontong sayur..buryam. Mbok jamu dengan jamu gendongnya, berjalan menjajakan jamunya. Haircode STD mbok jamu, seperti biasa rambut yang digulung-gulung membentuk konde.
Ayo dong, batinku dalam hati, sajikan tontonan lain yang lebih ok..

Kemudian layar luar kopajaku berubah menjadi segerombolan tukang ojek yang bertengger di motornya masing-masing, ada yg melamun, ada yg ngobrol, ada yang segera meluncur membawa penumpang.
Arrgghh...inipun biasa.Gak ada yg menarik. Seandainya aku tak berdiri, sudah ku-set-up sleep mode10'.

Bis berhenti, macet. Layar kopajaku cukup lebar, seperti layar panggung boneka.
Dari ujung kiri layar muncul seorang bapak tua, ia menjunjung sesuatu dikepalanya..entah apa, yang pasti bawaan itu besar, dibungkus dalam karung plastik, dan kalau kukira-kira, tidak ringan tapi juga tidak terlalu berat.Dia berjalan dan ooopppss.......... langkahnya tertahan, dia hampir terjungkal.Rupanya bagian atas karung itu menabrak dahan pohon di depannya.Dia mungkin sedang melamun atau memang tak dapat melihat rintangan-rintangan yang mungkin ada di depannya...
Aku tertegun. Sudah setua itu masih kah harus kerja berjuang seberat itu? batinku.


Tak adakah anaknya?
Haruskah dia melakukan itu?
Tak adakah pilihan lain?

Bis berjalan lagi..drama bapak tua dan karungnya tertinggal disana..layar kembali memberikan drama-drama lainnya, pikiranku masih merekam adegan tadi setidaknya untuk sekian detik berikutnya..

Bis berhenti lagi. Seorang ibu naik, dan mengambil posisi *lebih tepatnya,terposisikan* tepat di sebelahku.tangan kami sama-sama memegang sandaran kursi di kopaja *jurus untuk bertahan dari goncangan-goncangan kopaja*.
Kucoba menebak umurnya, tapi aku tak berani.sering kali aku salahkalau menebak umur.Pernah satu kali aku coba menebak umur seorang ibu yang melayaniku disalon.aku memang suka membuka obrolan, jangan kau tanya kenapa, aku pun tak tahu.Awalnya kami ngobrol kesana kemari, ke kiri ke kanan..sampai dari bibirkukeluar tebakan tadi, kuberanikan untuk menebak umurnya. Dan tebak, sampai akhir layanan, si ibu diam saja.
Maaf....:D

Tapi aku tak jera, biarlah pikirku, kutebak dalam hati, salahpun takkan menyakiti hatinya... dari keriput tangannya aku taksir usianya around 50.
Aku mulai melupakan bapak tua dan karungnya.Kali ini aku tak hanya menonton, tapi turut pula dalam drama. Tatapan si ibu menyapu seluruh kopajaku, aku melihat tulisan ini di wajahnya:
"Search for a seat" dan tombol "Search Now" sudah di-klik.Proses selesai dan si ibu mendapatkan jawaban " Search complete. There are no results to display".

Si ibu tanpa dikomando mengarahkan pandangannya ke layar luar kopaja sisi kiri. Rupayanya dia tak suka menonton. Dia mulai merogoh-rogoh tas sandangnya. Mengeluarkan fotocopian yg dijilid menyerupai buku.Pasti kepanasan dan ingin berkipas tebakku. Aku pun merasakan panas itu, sejak tadi aku sudah menjepit rambutku. Rambut yang pagi tadi kutata rapi :(

Hah? drama apa ini?
Si ibu mulai membalikkan halaman copian itu, dan membacanya. Tangan kirinya memegang pegangan kursi, tangan kanan memegang buku. Lengannya mengapit tas, matanya membaca dan pikirannya mencoba memahami apa yg dibaca.
Multitasking yg aneh..

Sekilas aku perhatikan *tepatnya brusaha aku intip, karena aku penasaran buku apa yang dibela-belain si ibu baca dalam kondisi berdiri?*
Buku itu persis buku-buku bahan penataran P4.Mungkin ibu ini harus ujian dan belum sempat mempelajari seluruh bahan.
Pikiranku mulai mengarang kemungkinan-kemungkinan yang kebenarannya tak kan pernah ku tahu. Yang pasti dia melakukan itu bukan karena hobby tentunya..tapi karna keharusanyang harus ia jalani. Untuk sesuatu yang berhubungan dengan "pembuktian", entah itu untuk mempertahankan kondisi saat ini, atau untuk sebuah promosi.
Sesuatu yang harus ia lakukan sebagai tanggung jawab pekerjaan.

Untuk kedua kalinya aku trenyuh..
Haruskah ?

Mungkin aku masih bisa terima jika si ibu melakukan baca itu di sebuah mobil pribadi yang ber-ac dan dalam keadaan duduk tentunya. Dalam hati aku berjanji, jika aku mempunyai kesempatan pertama mendapatkan tempat duduk, akan kuberikan ke si ibu, supaya si ibu bisa lebih nyaman melanjutkan bacaannya.Rupanya si ibu cukup beruntung.... Thanks God, penumpang di sebelahku turun, aku tepuk pelan pundak si ibu dan mempersilahkannya duduk.Si ibu tersenyum dan duduk, melanjutkan bacaannya.

Singkat cerita, aku turun..tiba di kantor..beraktivitas seperti biasa.

Jam istirahat, aku janji ketemu dengan adikku. Dia menjemputku dengan motornya dan kamipun meluncur. Ngobrol-ngobrol seadanya di motor, jika jalanan lancar otomatis aku harus diam karna motor melacu kencang.
"Belok kiri..lurus..di depan ambil jalur lambat" kataku..

Hampir tiba di tujuan, jalanan macet, motor berjalan pelan lagi.
Bahkan di motorpun aku lebih suka menyaksikan drama-drama di layar kiri.
Aku cukup menikmati, pasalnya aku jarang melewati jalanan ini..jadi masih menjadi sesuatu yang baru buatku. Daerah ini cukup ramai, banyak pedagang-pedagang nongkrong di pinggir jalan, pedagang minuman botol, tukang buah, tukang tambal ban, banyak usaha-usaha umahan...rame!!.

Seorang Bapak berjalan di trotoar, kurus, kulitnya hitam. Tangan kanannya menenteng sebuah timbangan badan. Dia menyandang sebuah tas kecil yang lusuh berwarna gelap.
Pikirku, ooh...tukang sewa timbangan badan.

Sudah berapa kilometer si Bapak ini berjalan?
Berapa ribu rupiah yg didapatnya?


Ingatanku kembali mengingat sajian-sajian drama hari ini.
Pagi hingga siang hari ini.
Hidup ini berat ya.... aku ku.



bersambung...



-fridaynight di karavan ber-ac-

2 comments:

Anonymous said...

mbak, this story makes me cry. thanks for being my inspiration today ^_^

e n n yt u r n i p said...

dyna, jadi keingetan lagih belum bikin yang bagian 2, semoga bisa cepet diterbitkan :) insiprasi "Dua dunia" dateng karna dalam 1 hari yang sama, aku dihadapkan dengan bbrp fakta ttg kehidupan yang amat kontras..

senang kalau tulisan ini bisa menginspirasi. makasih udah meresponi.