Tuesday, September 12, 2006

Keping-keping hati



Kesatria, aku tau bahwa kau hidup. Kau nyata. Dan kau ada. Sekalipun bayang- bayangmu belum pernah menerpa hidupku. Tapi aku percaya bahwa kau ada.
Karena Tuan kita yang menjanjikannya. Tuanku, dan Tuanmu. Kita hidup dan kita punya Tuan yang sama. Selama Dia tetap menjadi Tuanmu, dan Dia tetap adalah Tuanku, aku yakin aku akan bertemu denganmu, Kesatria.


Hal pertama yang harus kukatakan kepadamu adalah permohonan maafku. Dahulu Tuan kita menitipkan suatu harta yang sangat mahal. Harta yang tak ternilai. Ia titipkan padaku. Ia berkata bahwa harta itu milik-Nya dan suatu hari nanti setelah kau menunaikan tugasmu dengan baik, setelah kau memenangkan peperanganmu, setelah kau membuktikan bahwa dirimu setia dalam segala perkara dengan Tuan kita, harta itu akan diwariskan menjadi milikmu. Ia titipkan harta itu padaku. Tapi dahulu aku memandang rendah harta itu. Aku tau harta itu milik Tuan, dan itu akan diwariskan kepadamu, tapi aku bersikap seolah-olah itu milikku.


Aku tidak hanya tidak menjaganya dengan baik (harta itu berkarat dan penuh kotoran) tapi aku betul-betul memandang rendah itu sampai aku menjajakannya di pinggir-pinggir jalan. Aku memberikan itu pada setiap orang yang aku suka. Aku bahkan melemparkan harta itu kepada babi-babi dan anjing yang menginjak-injaknya, meludahi harta itu. Aku menyia-nyiakan harta Tuan kita.


Sampai suatu hari, Tuan kita menegurku "Dimana harta-Ku yang kutitipkan kepadamu?"


Dan aku memberikan padaNya seonggok sampah. Harta itu sudah menjadi tumpukan sampah yang berbau busuk. Tuan kita sampai harus menutup hidungnya karena sampah itu begitu bau ... Ia menegurku, "Tidakkah kau tau, harta itu bukan milikmu? Harta itu milik-Ku dan suatu hari nanti akan Kuberikan pada Ksatria. Kenapa kau tidak menjaganya baik-baik? Apa yang kelak akan kau katakan ketika Ksatria datang dan meminta hartanya?"


Aku membela diriku, "Apakah ia memang ada? Sudah begitu lama aku hidup, dan suara jejak kakinyapun tidak sampai ke telingaku. Apakah ia memang ada? Aku pikir dia tidak akan pernah datang, jadi kuhabiskan saja harta itu. Lagipula jika ia datang belum tentu juga ia akan menghargai harta itu.
Lihatlah Tuan, aku sudah membagikannya kepada banyak babi, kepada anjing- anjing dan tidak satupun dari mereka yang menghargainya. Babi-babi itu menginjak-injak harta itu. Anjing-anjing meludahinya. Jadi aku pikir Ksatria juga akan melakukan hal yang sama. Untung apa aku bersusah payah menjaganya?"


Waktu itu Tuan kita memandang aku dengan tajam, "Harta itu milik-Ku dan Aku memberikannya kepada siapa Aku berkenan memberikannya. Harta itu upah yang aku sediakan bagi Ksatria. Anjing-anjing tidak mengerti harganya, babi-babi apalagi ... tapi seorang Ksatria tahu menghargai harta Ilahi.


Seorang Ksatria tidak hanya tau harga dari harta Ilahi, ia juga tahu cara menjaganya. Ketika ia kembali dan meminta harta Ilahi itu, apa yang akan kau katakan kepadanya?"

Kesatria, aku bersalah kepadamu, sungguh, aku berdosa kepada Tuan kita, dan aku bersalah kepadamu. Karena aku tidak menjaga apa yang kelak menjadi milikmu. Aku mengira kau tidak akan pernah datang ... aku menganggap kau sama dengan babi-babi dan anjing-anjing itu ... aku tidak menghargaimu sama sekali. Bahkan dahulu aku berpendapat aku akan memberikan sampah itu kepadamu, kau yang harus bersihkan itu sendiri ... bukan aku. Aku tidak mau bertanggung jawab.


Tuan kita bermurah hati, kepadaku, ketika aku mengakui kesalahanku dan aku menyerahkan sampah itu kedalam tangan-Nya, Ia membersihkannya. Kotoran- kotoran itu dibersihkan. Bau itu perlahan-lahan hilang. Harta itu dicuci dengan darah-Nya. Tapi Ia berkata padaku, "Aku bisa membersihkan kotoran- kotoran yang ada, tapi semua keping yang telah kau berikan kepada orang lain, tidak bisa dikembalikan". Ya, harta itu perlahan-lahan menjadi bersih, tapi tidak lagi lengkap. Kembali menjadi suci tapi tidak lagi sempurna ... seperti keadaan semula. Harta itu tidak seutuh dulu ketika Tuan kita menitipkannya kepadaku..

Maafkan aku, Ksatria.


Bertahun-tahun aku membagikan hatiku untuk semua pria yang aku sukai. Dan mereka tidak pernah menghargai itu. Mereka menginjak-injaknya. Mereka tidak menghargai itu, karena memang hatiku bukan bagian mereka. Hatiku itu upah yang Tuan kita sediakan khusus untukmu. Itu upahmu. Itu bagianmu.
Karena kesalahanku, aku tidak menjaga hatiku baik-baik. Banyak kepahitan yang ada di dalamnya, banyak luka, hatiku busuk dan berbau. Dulu aku tidak peduli, bahkan dulu aku bertekad membawa masuk hatiku yang busuk ke dalam hubungan kita kelak ... karena aku begitu memandang rendah kau, Ksatria.
Tapi itu dahulu. Ketika aku bertobat, Tuan kita mengubahnya, tapi keping- keping yang sudah kujajakan dengan percuma, keping-keping yang hilang di mulut babi-babi, keping-keping yang hancur di bawah kaki para anjing, tidak bisa kembali. Keping-keping itu hilang ... dan aku sungguh-sungguh menyesal.


Sekarang, aku menyerahkan keping-keping yang tersisa kepada Tuan kita. Aku memeteraikan itu di bawah nama-Nya. Aku berjanji tidak akan memberikan keping-keping itu lagi kepada siapapun. Aku belajar untuk menjaga hatiku, karena aku sadar hatiku bukan milikku, itu milik Tuan kita dan suatu saat nanti, itu akan menjadi milikmu.


Ksatria, dimanapun kau berada, tetaplah berperang dengan setia. Majulah berperang dan bawalah pulang kemenangan untuk Tuan kita. Lakukan tugasmu dengan sebaik-baiknya, tidak perlu terburu-buru. Jangan khawatir, hartamu ada di tempat yang aman. Itu tidak akan berpindah ke tangan orang lain.
Aku berjanji akan menjaga hartamu selama kau berperang. Tidak lagi ada babi dan anjing yang mengotori hartamu. Bertempurlah dengan setia, dan kelak Tuan kita yang melihat semua kesetiaanmu, semua jerih lelahmu, dan akan memandang kau layak untuk menerima kehormatan yang lebih besar. Ia akan memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepadamu, memiliki dan merawat harta milik-Nya, hatiku.



[Dikutip dari: The Puzzle of Jomblo Life , page 124]


3 comments:

Anonymous said...

kesatria??
ada koq adaaa..
cukup pejamkan lalu rasakan..
sebab bukan dicari tapi dicipta

e n n yt u r n i p said...

Rymnz,

Saat mata tak terpejam lagi, yang dicipta itu pupus lagi...huhuhu..
Mau yg real..yg tetap berwujud di setiap kali aku terjaga :)

edysumar said...

Tidak perlu memejamkan mata. Cukup elo menoleh ke belakang...
Ada deh ...
Tinggal pilih lagi.