Friday, August 29, 2008

Mari belajar dari China

Pesta olahraga dunia, Olimpiade Beijing 2008, yang telah berakhir 24 Agustus 2008 yang lalu, telah menegaskan bahwa China adalah kekuatan dunia.


Tampilnya China sebagai juara umum, dengan menyisihkan Amerika Serikat ke posisi kedua, menjadi salah satu bukti betapa negeri itu benarbenar luar biasa. Keunggulan China di bidang olahraga telah melengkapi China di bidang lain, misalnya bidang Ekonomi dan Politik.


Di panggung politik global, kehadiran China bisa disejajarkan dengan AS dan Rusia. AS bukan lagi satu-satunya negara adikuasa. Pengaruh China dalam politik global lewat kekuatan ekonominya menjadi sesuatu yang tidak dapat diabaikan oleh AS. Sebagai gambaran, seperti ditulis olah Robert Hsu dalam bukunya China Fireworks, ekspor China ke AS saja sejak tahun 1900-an hingga saat ini telah tumbuh lebih dari 1.500 persen.

Membanjirnya barangbarang China itu tentu saja membuat AS megapmegap. Hal itu sama seperti yang kita alami di Indonesia saat ini. Berbagai macam produk China, mulai dari peniti sampai produk teknologi, membanjiri Indonesia.


China yang kita saksikan sekaran ini bukan lagi China seperti katakanlah 20 tahun yang lalu. China sekarang sudah benarbenar lain. Berbeda! Negara yang dulu sering disebut sebagai negeri tirai bambu itu telah menjelma menjadi kekuatan baru. Mereka tidak lagi tertutup, terisolasi, tetapi membuka diri pada dunia luar.


China juga bukan lagi negara agraris seperti yang dulu pernah dikenal. Ia telah tumbuh menjadi negara industri besar. Negara itu telah menjadi eksportir terkemuka dunia. Lebih dari separuh barang produksinya dilemparkan ke luar negeri. Nilai ekspor China pada tahun 2007, misalnya, lebih dari 1,1 triliun dolar AS.


Harus kita akui, China memiliki sejarah kewirausahaan yang panjang dan sampai saat ini terus dipegang teguh dan dikembangkan. Selain itu, nilainilai tradisional China yang dikombinasikan dengan praktik bisnis kapitalisme dan modern telah menjadikan China unggul di tengah-tengah masyarakat global yang penuh persaingan dan pertarungan ini.


Tentu, kita tidak boleh hanya berhenti sampai pada kekaguman terhadap China. Kita pantas mencari tahu dan setelah itu belajar dari mereka untuk keluar dari keterkungkungan mental dan manusia lembek serta malas, yang kurang memiliki semangat juang tinggi dan cenderung mencari jalan pintas. Semua serba mau cepatnya saja, serba instan.


Sumber : Kompas 25 Agustus 2008

No comments: